Selasa, 21 April 2009

pementasan Look At Me, Makasar

Aksi Simbolik MelaporkanCatatan Harian


SALAH satu ciri seniman adalah menyatakan kediriannya dalam bentuk seni. Baik di atas kanvas, lewat kata,musik, tarian/gerak, dan berbagai aksi simbilik lainnya.

Seni gerak dalam bentuk pantomim yang dipertunjukan Dede Dablo di Gedung Kesenian Socaitet de Harmoni, 10-11 september lalu, tak lain merupakan stimulan dari persentuhan sosiologinya. Suatu liukan tubuh yang tak sekedar merespon kembali pengalaman keseharian, tapi menorah episode realitas kedalam catatan harian yang telah diberi makna. Tuntutan keindahan, emosi, idealisme, dan moral ditempatkan pada titik terdepaan, ketimbang pertimbangan ekonomik, politik atau sosial secara empirik pragmatik.

Jika seorang presiden mempertanggungjawabkancatatan hariandalam suatu kewajiban mandataris, maka yang dikedepankan adala sisi politik, kemudian menyusul dimensi pragmatik lainnya. Baik secara sosiologis, ekonomi, maupun moral. Kalaucatatan harianitu diungkapkan dengan retorika verbalistik berikutolah tubuh” yang demikian ekspresif, tentu saja sang presiden itu bukanlah seorang seniman yang berpantomim seperti Dede Dablo yang kelahiran Bandung tadi.

Catatan harianseorang presiden dan catatan harian sosok yang di tokohkan Dede Dablo, selain berbeda dalam pretensi pengungkapannya, juga tidak sama dalam eksistensi retoriknya. Kendati demikian, pantomime Dede Dablo yang berjudul, Look At Me ini punya relasi sosial yang bermaknaajakanuntuk mencermati suatu aktifitas “lain” yang juga bernuansapetunjukan”.

Pertunjukan Look At Me-nya Dede Dablo yang jebolan STSI Bandung ini tentu saja bukanlah sang presiden yang mengajak rakyat untuk menyimak catatan perjalanan, milik kepala negara, melainkan relasi kondisional itulah yang menghubungkannya. Karena betapapun otonomnya suatu karya seni, publiknyalah menyeret karya itu kealam lain.”

Sepotong keidupan yang disajikan Dede Dablo dalam pertunjukan berdurasi 45 menit itu, dicuplik dari masa bayi, kanak kanak, remaja, dewasa, hingga masa jompo. Rekaman kreatif itu memang bukanlah kehidupan beneran berikut sejumlah pretense empiriknya, melainkan bentuk stimulasi konsep realitas yang tersaji kembali dalam wadah gerak yang indah.

Publik menyebutnya hiburan, atau seni dalam wancana yang agak berat. Sebagai seni, pertunjukan yang ditonton tidak lebih seratus orang itu, menghadirkan serentetan pernyataan simbolik dalam bahasa tubuh. Komunikasi memiliki hubungan antara pernyataan seni dengan kehidupan social yang bisa bertipe relasional, berupa; reflektif, cerminan, maupun pantulan belaka.

Kehidupan sehari hari yang ditampilkan, kadang agak serius, jenaka, dan bahkan mubazir (tidak logis). Namun demikian, persetujuan itu dapat melintasi aspek aspek sosial yang terjadi dibawah kondisi yang tidak sepenuhnya atas pilihan sang actor. Sebab ketika diluar pentas, boleh jadi Seorang Dede Dablo tidak dapat menyatakan keinginannya secara total lewat tindakan sehari hari. Ketika itu, kondisi keseharian memang tidak mengijinkannya.

Tapi, di atas pentas inilah, sang aktor dapat membangun ciptakan suatu gerak yang melampaui ambang kelogisan. Suatu fantasi dalam bentuk idealisme yang mungkin lebih murni.

Tarulah ketika sang aktor menelan kumuran air pasta, sehabis sikat gigi. Sebelumnya, sang aktor mencari cari tempat untuk membuang air kumuran itu, namun ia mengambil solusi, ditelan saja. Padahal, didepannya ada wadah dibawah keran air. Penontonpun bergumam, “ini bukan adegan lucu, tapi memuakan.”

Tapi, sebagai karya seni, bukanlah kelogisan itu yang dituntut. Mungkin ada efek estetik yang hendak dicapai senimannya. Sebagaimana pula pada adegan meng-on-kan mesin mobil dengan menancapkan kunci starter pada lubang telinga dan hidung. Sebelumnya, kendaraan itu tidak bisa bunyi ketika hanya distarter lewat lubang kunci sesungguhnya. Ketidaklogisannya, kendaraan sang tokoh tiba tiba bisa bunyi saat kunci dipindahkan di lubang telinga atau lubang hidung.

Gerak tubuh yang demikian gemulai membuat Dede Dablo bisa menarik keberuntungan dari dimansi yang dianggap sebagian penonton sebagai rancangan gerak yang mubazir. Kendati demikian, penonton lain bisa membaca gerak ini sebagai suatupesan moral” dan bermuatan sosiologis. Bahwasannya, tidak semua sisi kehidupan itu berlangsung secara logik. Kadang kadang ada visualisasi karakter diluar diri manusia yang sering dikambinghitamkan sebagai keterbatasan alamiah. Sangat manusiawi.

Bagi penonton yang memahami ilmu tanda, adegan itu memang bisa dipandang sebagai mimesis dari kehidupan keseharian. Secara simiotis, gerak seni itu menjadi penanda ikonik dari kehidupan sesungguhnya. Atau boleh jadi simbolisasi dari ketidak mampuan manusia mendengar dan menciumbau bau social.” Semua petunjuk untuk menggerakan roda kemasyarakatan, harus lebih dahulu melaluipenggorokanlubang telinga atau hidung.

Tanpa indeksikalisasi pengertian adegan tersebut, agaknya sulit diterima logika. Maka yang tersisa hanya kejenakaan belaka. Tapi inilah kekuatan dalam realitas seni.

Berbeda dengan realitas sesungguhnya. Ketika seorang presiden misalnya, memperlihatkankejenakaandalam membeberkancatatan harian,” logik dan tidak logic dipahami sebagai kelumrahan yang bisa saja terjadi dalam setiap ruang dan waktu. Namun demikian, kejenakaan Dede Dablo diatas pentas, bukanlah Look At Me nya seorang presiden. Karena Dede Dablo berada dalam ruang seni yang menghadirkan dirinya sebagai seorang aktor pemeran seorang tokoh yang tidak lebih sebagai wadah improvisasi suatu dimensi kehidupan. Publiknyalah yang menyeret, kedunia mimetik mana komposisi gerak itu hendak diwadahkan. Akan halnya pula, kedunia sosial moralistik mana pertanggungjawabancatatan harian” sang presiden akan diwadahkan olehapresiatornya

Betapa tidak, dunia seni, memang bukanlah realitas keseharian yang ditiru sementah mentahnya. Termasuk kepolosan sang tokoh yang diperankan Dede Dablo itu ketika mengungkapkan cacat moral (memperkosa tamu gadisnya) ketika usia remaja. Inilah kejujuran tokoh seni membahasakan catatan hariannya.Tapi, dalam realitas, kejujuran semacam itu sulit dijumpai. Apalagi kalau tokoh relitas yang memerankan suatuperkosaan sosialadalah seorang raja. Juga presiden.

(basri)

FAJAR, MINGGU 17 OKTOBER 1999

1 komentar:

  1. Lucky Club | Live Casino site for you to enjoy online
    Lucky luckyclub.live Club - Live Casino. The best place to play for real money! Play with real money! Play with our great offers of free and instant cash payments on Lucky

    BalasHapus